Bursa Jual Beli Bibit Dan Tanaman Anthurium Koleksi

Bursa Jual Beli Bibit Dan Tanaman Anthurium Koleksi
Hubung Farida Ningsih Di 021-73888872

Thursday, September 20, 2007

Dari Persilangan hingga Kegilaan pada ”Anthurium”

Dari Persilangan hingga Kegilaan pada ”Anthurium”

ANDA tentu tidak akan percaya kalau kedudukan istri di hadapan suami, bisa tergeser oleh satu pot bunga yang hanya berdaun 3 lembar. Anda juga tentu tidak akan percaya, kalau seorang istri bisa menangis begitu lama, karena kehilangan satu pot bunga kecil Anthurium dari halaman depan rumahnya.
CERMAT membersihkan daun dengan sikat. Semakin banyak helai daun Anthurium, semakin mahal harganya.*ERIYANTI/"PR"

Tetapi, itulah fenomena yang sedang terjadi di kalangan hobiis (para penghobi) tanaman hias saat ini. Diakui Nila (35), kolektor Anthurium, dirinya sangat marah ketika Anthurium Wave of Love (Gelombang Cinta) miliknya lenyap digondol maling. Padahal, tanaman itu satu-satunya jenis Anthurium yang paling dia suka.

"Kalau dilihat dari harganya memang mahal. Tapi karena saya paling suka jenis ini, jadi ya... harus beli lagi. Enggak lengkap rasanya kalau satu jenis saja tidak ada," ujar Nila seraya mengelu-elus daun Anthurium Gelombang Cinta yang sedang ditawarnya.

Nila mengaku pernah memburu Anthurium bibitan terbaru sampai ke Solo, terutama daerah Karanganyar yang merupakan sentra Anthurium dengan koleksi-koleksi terbaru. Nila juga mengatakan koleksinya pernah ditawar sampai Rp 45 juta.

Namun, Nila mengaku tidak pernah mau menjualnya. "Saya suka banget Anthurium. Kalau beli untuk dijual lagi buat apa. Bukan karena suka dong namanya, tapi karena bisnis," ujarnya menambahkan.

Lain Nila, lain pula Asikin (45). Karyawan yang mencintai tanaman hias sejak sebelum tren ini mengaku, sudah mengumpulkan Anthurium sejak lama. Bahkan, sejak harga Anthurium kecil masih Rp 10.000,00 sampai Rp 12.500,00 per pot.

Namun, sekarang Asikin mengaku kaget setengah mati karena ternyata tanaman hiasnya itu justru mendatangkan hoki. Dengan modal Rp 900.000,00 yang dibelikan 13 pot Anthurium setahun lalu, kini Asikin dapat mengantongi Rp 4 juta hanya untuk satu pot Anthurium.

"Awalnya, saya memang sangat suka tanaman Anthurium ini. Tapi, entah kenapa harganya jadi melambung. Rupanya tren tanaman hias memang sedang mengarah ke Anthurium. Bahkan, orang memburunya ke berbagai tempat untuk mendapatkan Anthurium," ujarnya.

Untuk itulah, hobi Asikin mulai bergeser. Semula hanya untuk kesenangan pribadi, kini menjadi peluang bisnis sekaligus. Beberapa koleksinya pernah diboyong saudaranya untuk dipasarkan di Solo, karena pasar Anthurium di sana sangat bergairah.

"Kalau di Bandung belum seheboh di Solo dan Jakarta. Tapi kalau pameran bunga di Bandung, sudah ada Anthurium yang ditawarkan Rp 90 juta, itu berarti pasar Bandung juga makin meningkat," ujarnya, yang mengaku sempat dicemburui istri karena perhatiannya lebih besar pada Anthurium.

Puber kedua

Demam Anthurium di kalangan hobiis menurut Syukur dari Harejo Nursary, merupakan gelombang kedua setelah yang pertama 4 tahun lalu. Tren ini ibarat puber kedua, setelah sebelumnya pernah terjadi hal yang sama terutama di kota-kota seperti Jakarta dan Solo. "Kalau Bandung mungkin baru sekarang hebohnya, tapi kalau di kedua kota itu sudah sejak 4 tahun lalu," ujarnya.

Dia menjelaskan, ada empat jenis tanaman hias yang kini sedang digandrungi para penghobi, yaitu Aglaonema, Anthurium, Adenium, dan Pachypodium. Dua genus pertama termasuk dalam famili Araceae (latin) atau Aroid (Inggris) atau dalam istilah Indonesia lebih dikenal dengan sebutan jenis talas-talasan.

Ciri khas Aroid adalah adanya seludang dan tongkol pada bunganya. Karena naiknya pamor dua jenis Araceae tadi, anggota lain famili ini ikut terangkat. Anggota Araceae antara lain adalah Alocasia, Colocasia, Arisaema, Amorphophallus, Xanthosoma, Caladium (keladi), dan banyak lagi.

Untuk Anthurium yang paling terkenal antara lain, Anthurium Wave of Love, Anthurium Jenmanii, dan Anthurium Hookeri. Sedangkan jenis yang paling banyak diburu saat ini menurut Nana Suyana dari Pesona Flora adalah jenis Anthurium Kobra KW1, Anthurium King Kobra, Anthurium Green Kobra, atau Anthurium Super Kobra.

Akan tetapi, pergeseran minat penghobi Anthurium memang sangat dahsyat dan cepat berubah. Beberapa bulan lalu para penghobi masih memburu Jenmanii, Hookeri, Garuda, dan Gelombang Cinta. Tapi kini, peminat Anthurium makin mencari Anthurium bertongkol. Tongkolnya pun tidak sembarang tongkol. Tetapi harus tongkol berukuran super alias besar.

Selera ini menggiring para petani Anthurium gencar melakukan pembibitan Anthurium bertongkol besar. Bahkan, para pedagang pun membandrol harga berdasarkan hitung-hitungan tongkol. Makin panjang dan besar tongkol, makin mahal harganya, karena semakin banyak pula bijinya. Kalau tongkolnya pendek dan kecil, harga lebih murah.

Syukur menjelaskan, daya pikat Anthurium memang pada bentuk dan warna daun. Termasuk urat dan tulang daun. Semakin aneh dan unik bentuk dan warna daun, semakin membuat bunga tersebut mahal. Namun, belakangan para penghobi lebih menyukai Anthurium bertongkol.

Seperti diakui Nila, semakin besar dan panjang tongkolnya, semakin sulit mendapatkannya. "Tapi, justru semakin kita ingin mencarinya," ujar Nila yang menghabiskan uangnya puluhan juta rupiah untuk mengoleksi tanaman ini.

Jika permintaan banyak, sedangkan ketersediaan Anthurium langka, maka barang akan makin sedikit. Akibatnya harga semakin mahal. Alasan tersebut kata Syukur, diperkuat pula dengan harga biji Anthurium yang belakangan ikut melejit.

Biji yang biasa disebut "oce" ini, bisa mencapai Rp 100.000,00 sampai Rp 150.000,00 per biji. Contohnya biji Jenmanii kini sudah menjadi Rp. 125.000,00 dan bibitannya sendiri sudah dipatok Rp. 190.000,00. Biji Gelombang Cinta juga pelan-pelan naik. Minggu lalu masih Rp. 5.000,00 kini sudah Rp. 10.000,00 per biji.

Penggila dan pengekor

Menurut Iwan, penjaga Nuansa Flora di kawasan Ciumbuleuit Bandung, ada dua jenis konsumen Anthurium. Konsumen Anthurium baru, yaitu mereka yang membeli harga dan kelompok yang membeli nama. Kelompok pertama adalah para followers yang suka ikut-ikutan tren Anthurium dengan membeli bibitan (seedling). Namun ketika harga kecambah, mereka langsung melupakannya.

Sedangkan kelompok kedua adalah mereka yang sibuk membeli berbagai Anthurium dengan nama baru, meski kadangkala mereka baru menyadari bahwa tanaman itu tidak ada bedanya dengan koleksi sebelumnya.

Kedua jenis konsumen ini tetap membawa untung bagi pedagang. Malah saking makin banyaknya permintaan terutama dari Jakarta dan Solo, muncul brokers yang menjadi pialang Anthurium. Biasanya mereka yang memainkan harga, termasuk membangun isu tren yang sedang diminati.

"Tapi, peminat sejati biasanya lebih konsisten. Dia tidak ikut-ikutan tren. Meskipun tidak banyak, mereka rata-rata mempunyai beberapa koleksi, tapi ini berbeda dengan koleksi yang biasanya akan dijual lagi," imbuhnya.

Melihat tren Anthurium yang terus "menggila", muncul fenomena lain yang lebih seru. Para pembibit melakukan persilangan (generatif) dengan gencar, sehingga terlahir Anthurium-Anthurium jenis baru yang lebih unik dan eksotik. Terutama dari bentuk daun, warna daun, dan tulang daun yang menjadi andalan Anthurium.

Nana menjelaskan, untuk Jenmanii saja tidak cuma dikenal dengan nama Centhong, Jati, Sawi, atau Golok. Tetapi, untuk Sawi sudah dibedakan lagi dengan Sawi Ijo, Sawi Caisim, dan Sawi Bakso. Tak terhitung lagi nama-nama baru untuk Anthurium-Anthurium jenis hibrida atau hasil silangan. Sedangkan silangan Jenmanii dengan Wave of Love disebut Jenwave dan masih banyak lagi.

Dampak lain yang menyertai tren Anthurium adalah makin tingginya tingkat pencurian terhadap tanaman ini. Asikin mengakui, setiap malam ia harus mengangkat pot-pot Anthurium-nya dari beranda ke dalam rumah.

"Kalau tidak dikeluarkan, khawatir tak terkena sinar matahari dan udara luar. Tapi, kalau tidak disimpan lagi ke rumah takut dicuri. Jadi, ya angkat jungjunglah kata orang Sunda mah," ujarnya.

Sedangkan bagi para petani pembibit dengan jumlah bibitan (seedling) yang cukup banyak, biasanya membuat pengamanan khusus. Dengan cara memasang pagar atau menempatkan penjaga kebunnya. Hal itu dilakukan karena tidak ingin hasil bibitannya digaruk maling.

Tren lain yang mengikuti melonjaknya Anthurium adalah sewa bunga. Sama halnya tanaman anggrek, beberapa pengusaha Anthurium menyewakan tanaman hias ini kepada pengelola hotel, wedding organizer, kantor-kantor pemerintahan, ataupun BUMN dan swasta. Harganya pun bisa mencapai puluh sampai ratusan ribu rupiah dengan jadwal sewa per minggu ataupun per bulan.

Jadi kata Syukur, memang banyak cara orang memanfaatkan tren ini. Ada yang bermain sebagai pembibit, pembesaran, penjual, brooker, sampai penyedia sewa (rental) Anthurium. Semua itu memberi penghidupan tersendiri dengan menangguk jumlah rupiah yang cukup besar.

"Inilah sisi positif dari tren Anthurium, banyak pihak yang kecipratan hebohnya. Semoga saja pamor Anthurium akan lebih bertahan lama," ujarnya menambahkan.

Namun, selayaknya sifat tren kecenderungan itu biasanya cuma sesaat dan tidak pernah abadi. Entah bunga apa lagi yang nanti akan menghebohkan pasar tanaman hias Indonesia. Jika sebelumnya tren Adenium, lalu tergeser ke Anthurium, besok-besok apa lagi?

Menurut Syukur, 10 "bintang" Anthurium dari keluarga Araceae yang akan bersinar adalah Zamioculcas (secara internasional disebut Zu Zu Plant) dan Arisaema (dalam nama populer bahasa Inggris disebut Jack in The Pulpit). Bagaiamana, apakah Anda sudah siap untuk memburunya? (Eriyanti/"PR")***

Jual Beli Bibit Dan tanaman Anthurium Koleksi 021-73888872

No comments:

Bursa Jual Beli Bibit Dan Tanaman Anthurium Koleksi

Bursa Jual Beli Bibit Dan Tanaman Anthurium Koleksi
Hubung Farida Ningsih Di 021-73888872
Kata-kata Hikmah..! Jelang Pemilu, Jangan Golput ! Di Pemilu 2009