Demam anthurium di mana-mana (3)
Lebih banyak kolekdol daripada kolektor
BISNIS anthurium memang menggiurkan. Bayangkan, satu tongkol anthurium menghasilkan 1.000 biji, sedangkan harga satu biji Jenmanii Rp 150 ribu. Jika satu pohon terdapat empat sampai lima tongkol berapa uang yang diraup dari budi daya anthurium tersebut.
Simaklah kisah seorang breeder bernama Prajoko. Ketika mulai mengembangkan anthurium, ia hanya bermodal satu indukan anthurium dengan harga Rp 35 juta. Sekarang ini sudah mampu menyemai sendiri bibit Jenmani hingga bertongkol pula. Sedangkan tanaman Jenmani yang dulunya dibeli Rp 35 juta sudah laku dijual dengan harga Rp 200 juta.
”Jenmanii indukan yang dulu saya beli sudah saya jual karena saya sudah memiliki indukan baru lagi, dan kini terus berkembang,” katanya. Dari tangannya, Prajoko sendiri selain membuat biji juga menyemai anthurium Jenmani. Bahkan telah muncul berbagai jenis Jenmani dari tangannya dengan cara penyilangan. Dari penyilangan itu muncullah anthurium Jenmanii Cobra, Mangkuk, Rumpun, Anaconda, Pagoda, Wulung, maupun jenis paling dicari yakni Black Beauty.
Bagaimana penyilangannya? Saat tongkol (betina) ke luar air yang meleleh seperti madu dicarikan serbuk jantan dengan cara dioleskan dengan kuas. Selanjutnya proses pembuahan itu membutuhkan selama delapan bulan. ”Dari tongkol yang sudah disilangkan nantinya akan muncul biji yang menyimpang dan melahirkan Jenmanii berbagai jenis,” katanya.
Sebenarnya pemberian nama jenis Jenmanii bukan dari penjual melainkan dari pembeli itu sendiri. Para penggemar anthurium itu biasanya mereka-reka nama sendiri dengan melihat bentuk daun Jenmanii tersebut. Jika daunnya melengkung seperti mangkok kemudian jenmanii itu diberi nama Jenmanii Mangkok. Demikian pula jika muncul airnya, selanjutnya diberi julukan jenmanii air mata bunda. ”Jadi munculnya berbagai jenis jenmanni justru dari para pembeli yang memberikan namanya. Bukan dari penjual,” katanya.
Pemberian nama terhadap jenis anthurium itu memang diakui Budi Cahyono, salah seorang hobiis, muncul dari para pembeli. "Ya itu memang muncul dari para pembeli anthurium. Namun belakangan ini antara kolektor (penggemar) dengan kolekdol (istilah bagi pelaku jual beli anthurium-red) banyak kolekdolnya. Jumlah kolektor paling-paling tidak ada 5 persen dari jumlah komunitas anthturium," ungkapnya.
Jumlah kolekdol mengapa lebih banyak, menurut Budi Cahyono warga Jaten, Karanganyar ini, bisnis anthurium memang menggiurkan dibandingkan dengan bianis di sektor lainnya. "Saya semula juga kolektor namun berubah menjadi kolekdol," ujar Budi Cahyono sembari menambahkan sebelum menggemari anthurium dirinya bisnis jual beli keris dengan omzet ratusan juta rupiah.
Harga anthurium memang dipengaruhi pasar namun pasar juga tetap dipengaruhi para kolekdol. Artinya, tinggi-rendahnya harga anthurium itu akibat para pebisnis itu sendiri.
Menurut Budi Cahyono, harga Jenmani tiga bulan lalu tidak setinggi sekarang ini. Namun karena perkembangannya pesat dan banyak yang memburu sehingga harganya melambung dan nyaris tidak terjangkau. Sekarang ini justru anthurium Gelombang Cinta diburu karena harganya masih dapat terjangkau kocek.
"Tapi saya juga yakin harga anthurium gelombang cinta pun nantinya juga akan meroket sebagaimana Anthurium jenmanii," ungkapnya. Harga biji gelombang cinta saat ini sudah mencapai Rp 15 ribu/biji dan diperkirakan akhir bulan ini sudah mencapai Rp 30 ribu/biji. Terlebih lagi dalam Green Expo diadakan kontes berbagai anthurium diperkirakan juga akan mendongkrak harga anthurium.
Dalam kontes anthurium dalam Green Expo dilakukan penilaian yang meliputi performance, kesehatan, karakter, dan kelangkaan. Untuk melihat performance tanaman hias terdiri dari unsur sosok, keserasian, dimensi (kompak dan roset). Kemudian tentang kesehatan meliputi kesehatan daun, hama, cacat dan pengkilap. Selanjutnya juga dinilai tangkai dan batang/akarnya.
"Sementara mengenai karakter meliputi unsur tekstur (tebal/tipis, urat dan alur serat). Termasuk pula mengenai bentuk dan warna," ujar Margono Bsc, salah seorang juri. Sedangkan jenis anthurium yang dikonteskan dari jenis Jenmanii Umum, Jenmanii Unik dan Jenmanii Campuran.
Green Expo
Melihat fenomena yang cukup menarik di bidang tanaman hias tersebut, Pemkab Karanganyar pun akhirnya memfasilitasi adanya pameran anthurium yang dikemas dalam "Green Expo 2007". Pameran yang dilakukan di Alun-alun setempat itu sendiri selain melakukan kegiatan expo, juga diselenggarakan kontes maupun bursa tentang anthurium. Bahkan, juga diselenggarakan pemilihan putri Jenmanii dan kegiatan itu untuk meramaikan Green Expo 2007 yang berlangsung dari 1 hingga 10 September ini.
Dari 109 stand yang direncanakan ternyata pihak panitia terpaksa harus menambah stand lantaran banyak pemilik nursery yang berminat ikut pameran. "Akhirnya kami menambah stand.Yang semula 109 stand, terpaksa tambah menjadi 120 stand," ungkap Ketua Panitia "Green Expo 2007", Farid Sunarto.
Demam anthurium yang kini melanda masyarakat membuat kalangan petani di Karanganyar ka-ya mendadak. Jika sebelumnya mereka hanya berkutat budi daya sayur-sayuran, kini mereka beralih ke tanaman hias anthurium Jenmani dan anthurium Gelombang Cinta. Dua jenis anthurium itu seolah menjadi "malaikat" penyelamat atau katup pengaman ekonomi keluarga dalam kondisi perekonomian sedang sulit seperti sekarang ini.
Tidak hanya kalangan petani yang ikut merasakan manisnya bisnis anthurium. Sejumlah ang-gota DPRD setempat ini ikut-ikutan bisnis sampingan menerjuni jual beli anthurium. Seperti Yobhiharno Wibowo anggota Fraksi PDIP DPRD Karanganyar ini ikut terjun langsung bisnis anthurium. Dari Yobhiharno Wibowo itu, merembet ke sejumlah anggota dewan lainnya.
"Memang untuk bisnis ini menyenangkan karena harganya fluktuatif," ujar Tony Hatmoko, anggota Fraksi Partai Golkar DPRD Karanganyar.
Tony Hatmoko menepis bahwa demam anthurium itu hanya sekadar "mainan" para spekulan, tapi memang pasar cukup prospektif untuk kegiatan bisnis anthurium. Karenanya, selaku ang-gota Komisi B DPRD setempat menyarankan agar Pemkab Karanganyar mewadahi sekaligus memberikan tempat permanen bagi pelaku bisnis an-thurium mengingat Karanganyar gudangnya an-thurium.
Soal tempat, Tony Hatmoko menunjuk subterminal agrobisnis di Karangpandan yang selama ini untuk kegiatan yang sifatnya sporadis dapat digunakan sebagai semacam galery anthurium. "Selama ini hanya untuk pameran yang sifatnya sementara. Lebih baik dimanfaatkan untuk galery. Saya kira lebih cocok karena anthurium memang mampu menggerakkan roda perekonomian kalangan petani," ungkapnya.
Senyampang dengan antusiasme petani yang kini menjadi pelaku bisnis anthurium Bupati Rina Iriani Sri Ratnaningsih SPd MHum merespon positif terhadap bisnis tersebut. Menurutnya, bisnis anthurium sangat menjanjikan sehingga perlu didorong agar bisnis tersebut tidak mati mendadak. Karenanya pihaknya sangat mendukung terbentuknya Komunitas Anthurium Karanganyar (KAK).
"Kalangan petani terutama di daerah Jenawi, Ngargoyoso, Karangpandan kini benar-benar merasakan manisnya anthurium. Mereka sebagian besar telah mendirikan green house untuk pembudidayaan anthurium," ungkapnya. Tingginya harga anthurium khususnya jenis Jenmani dan Gelombang Cinta, perputaran uang dalam kegiatan bisnis itu hampir mencapai Rp 1,5 miliar per hari.
Bupati Rina Iriani Sri Rataningsih yang sering menyambangi pedesaan mengaku kaget ketika hampir tiap rumah di Jenawi memiliki green house dan ini menunjukkan betapa kalangan petani begitu tanggap terhadap bisnis tersebut.
"Mungkin hanya Karanganyar sebagai daerah yang kaya anthurium," ujarnya. Terkait dengan animo masyarakat itu, mereka seolah menjadikan anthurium sebagai "emas hijau" yang mendatangkan duit ratusan ribu rupiah hingga ratusan juta rupiah. Maka tidak heran jika para petani di bawah lereng Gu-nung Lawu itu sekarang sebagian telah memiliki mobil baru sebagaimana orang-orang perkotaan.
Kejahatan baru
Di tengah tumbuhnya bisnis anthurium tersebut, tidak terelakkan memunculkan lahan kejahatan baru. Tidak dapat dipungkiri belakangan ini banyak warga yang melapor ke kepolisian, karena tanaman hias khususnya anthurium Jenmani maupun Gelombang Cinta yang nilainya ratusan juta rupiah raib disikat para pencuri. Jika biasanya polisi sering mendapat laporan dari penduduk kehilangan sepeda motor, kini mendapat laporan kehilangan tanaman hias.
Di benak para pencuri mungkin muncul pemikiran mencuri tanaman hias lebih praktis dan nilai jualnya lebih tinggi, daripada mencuri sepeda motor yang nilainya hanya Rp 15 juta. Sedangkan Jenmani yang sudah besar dan bertongkol satu batang saja mencapai Rp 50 juta. Wajar pula jika belakangan ini media massa lebih sering memberitakan adanya pencurian tanaman hias, ketimbang sepeda motor.
Maraknya pencurian tanaman hias ini pula yang membuat Polwil Surakarta konsolidasi untuk meningkatkan pengamanan. Beberapa waktu lalu Kapolwil Surakarta, Kombes Yotje Mende, memerintahkan kepada jajaran Polres se Surakarta untuk semakin meningkatkan pengamanan menyusul banyaknya laporan para korban pencurian tanaman hias.
Bahkan Bupati Karanganyar Rina Iriani Sri Ratnaningsih pun ikut prihatin dengan maraknya pencurian tanaman hias tersebut. Pihaknya meminta kepada pemilik green house atau nursery di wilayahnya untuk waspada karena tindak kejahatan pencurian tanaman hias akhir-akhir ini merebak.
"Saya mengimbau untuk meningkatkan pengamanan. Ini memang bisnis baru dan nilai jualnya tinggi dan wajar jika para pencuri melirik tanaman hias," ujarnya.
Meski demikian, pihaknya yakin para pemilik tanaman hias akan berhati-hati dengan adanya beberapa peristiwa pencurian tanaman hias yang ada saat ini. Pertumbuhan bisnis tanaman hias jenis anthurium ini membuat Karanganyar namanya semakin terkenal dan ini fakta yang terbantahkan. Karenanya, sangat wajar jika Minggu (2/9) lalu saat pembukaan Green Expo 2007 dicanangkannya Karanganyar sebagai "Kabupaten Anthurium". "Kabupaten Anthurium itu sudah ada SK-nya. Dan saya justru bangga dengan nama Kabupaten Anthurium ini, Karanganyar akan semakin populer," tegasnya.
Pencanangan sebagai "Kabupaten Anthurium" itu tak sekadar di atas kertas semata, melainkan didukung oleh fakta yang ada. Setidaknya, mereka yang tergabung dalam KAK tidak kurang dari 1.000 orang baik itu petani, penggemar maupun mereka yang berbisnis anthurium
Bursa Jual Beli Bibit Dan Tanaman Anthurium Koleksi
Bursa Jual Beli Bibit Dan Tanaman Anthurium Koleksi
Hubung Farida Ningsih Di 021-73888872
Hubung Farida Ningsih Di 021-73888872
Saturday, September 15, 2007
Demam anthurium di mana-mana (3)
Posted by
Cheria Holiday
at
8:15 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Bursa Jual Beli Bibit Dan Tanaman Anthurium Koleksi
Bursa Jual Beli Bibit Dan Tanaman Anthurium Koleksi
Hubung Farida Ningsih Di 021-73888872
Hubung Farida Ningsih Di 021-73888872
Kata-kata Hikmah..!
Jelang Pemilu, Jangan Golput !
Di Pemilu 2009
No comments:
Post a Comment